KELAS 4

Kamis, 15 Juni 2017

10 Berita Pendidikan

1. Cuma 3 Jam Sehari, Pendidikan di Sini Berhasil Cetak Anak-anak Terbaik di Dunia Tanpa PR dan Ujian Full Day School bukan wacana lagi di Indonesia. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, sekolah delapan jam sehari akan dimulai pada tahun ajaran baru nanti. Pertanyaan pun bermunculan, berapa sih sebenarnya waktu ideal yang dibutuhkan seorang anak di sekolah?Untuk menjawab ini, ada baiknya kita berkaca pada sistem pendidikan di Finlandia. Di era 1960-an, pendidikan di Finlandia mengalami titik nadir, bahkan sempat kalah dari Amerika Serikat. Tapi seiring berjalannya waktu, sistem pendidikan di negara tersebut terus membaik, membaik, dan membaik. Hingga pada era 2000-an, Finlandia disebut sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Jauh di atas Amerikaapalagi Indonesia. Terkait hal ini, satiris dan aktivis anti-perang Amerika Serikat Michael Moore tertarik mencari jawabannya. Satu pertanyaan yang ia lontarkan waktu itu: Apa yang telah mereka lakukan? 2. Menuju Kelas Dunia, Tenaga Pendidikan Diperkuat JAKARTA - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) meluncurkam Sistem Informasi Manajemen (SIM) Tenaga Kependidikan (Tendik). Tenaga kependidikan memiliki peran strategi dalam mewujudkan perguruan tinggi (PT) berkelas dunia. Direktur Jenderal Sumber daya Iptek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti, menjelaskan SIM Tendik memuat seluruh data tenaga kependidikan di Indonesia. Selama ini, tenaga kependidikan belum mendapat perhatian khusus. Padahal, mereka memiliki peran strategis untuk mewujudkan kampus berkelas dunia, Kata Ghufron, di Jakarta, Senin (12/6) malam. Menurut dia, jumlah tenaga kependidikan juga lebih banyak daripada dosen karena mencakup berbagai bagian, mulai dari Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP), pustakawan, hingga arsiparis. SIM Tendik, menurut Ghufron, merupakan terobosan penting. Perguruan tinggi akan memiliki data konkret terkait berapa jumlah tenaga kependidikan, dan dari data tersebut akan dilihat jenjang kualifikasi serta kompetensi yang dimiliki oleh tenaga kependidikan yang kampus miliki. Dengan demikian, lanjutnya, nantinya dapat merumuskan gagasan program dan kebijakan seperti apa yang mampu meningkatkan kualitas tenaga kependidikan ini. Peningkatan kapasitas tenaga pendidikan tidak hanya dilakukan dengan meluncurkan SIM Tendik. Ghufron menyebut berbagai pelatihan juga telah dilakukan. Bahkan, pihaknya juga memberikan beasiswa Pascasarjana Tenaga Kependidikan Berprestasi (PasTi) bagi mereka yang memenuhi kualifikasi. Pemberian beasiswa ini sangat penting mengingat fungsi tenaga kependidikan yang strategis. Sebanyak 31 orang tenaga kependidikan juga telah dikirim ke berbagai negara di luar negeri untuk mendapat pelatihan. Saya hanya berpesan bahwa jika sudah mendapat beasiswa dan lulus S-2, jangan berbondong-bondong menjadi dosen, tuturnya. Para tenaga kependidikan, imbuh Ghufron, juga akan mendapat nomor induk sebagaimana seorang dosen, yakni Nomor Induk Tenaga Kependidikan (NITK). Kendati demukian, cakupan tenaga kependidikan yang masuk dalam SIM Tendik saat ini masih di lingkup perguruan tinggi negeri (PTN). Ghufron berharap nantinya SIM Tendik bisa berkembang untuk mendata tenaga kependidikan di kampus-kampus swasta. Dengan platform SIM Tendik, perjalanan karier, kompetensi, dan kesempatan peningkatan kualifikasi jadi semakin terbuka lebar. Karena saya melihat tenaga kependidikan ini luar biasa pekerjaannya, seperti seorang arsiparis penting untuk mengakses dokumen, kemudian tenaga administratif untuk melayani mahasiswa dan dosen, dan masih banyak lagi, papar Ghufron. 3. Syamsuar: Alhamdulillah Mendikbud Sebut Siak Contoh Pendidikan Yang Baik-Baik SIAK - Bupati Siak, Syamsuar, mengucapkan Alhamdulillah saat mengetahui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, memberikan contoh kabupaten di Indonesia yang menerapkan pola pendidikan seimbang antara pelajara umum dengan agama. Penyebutan Kabupaten Siak tersebut terkait polemik pemberitaan menyebutkan rencana penghapusan pendidikan agama seiring dengan diberlakukannya kebijakan sekolah 8 jam sehari 5 hari sepekan. "Alhamdulillah karena Pak Mendikbud pernah berkunjung ke Siak. Saya juga pernah diminta menjadi narasumber di kantor Kemendikbud. Terima kasih semoga bisa bermanfaat bagi anak-anak kita," kata Syamsuar kepada RIAUONLINE.CO.ID, Rabu, 14 Juni 2017. Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Ari Santoso, mengatakan, Mendikbud Muhadjir Effendy mencontohkan penerapan penguatan pendidikan karakter telah dilakukan di beberapa kabupaten, termasuk Kabupaten Siak. Di kabupaten tersebut, tuturnya, memberlakukan pola sekolah hingga pukul 12.00 WIB, lalu dilanjutkan dengan belajar agama bersama para ustadz. Siswa di Siak mendapatkan makan siang dengan dana diambil dari APBD. Kemudian, katanya seperti dilansir dari Antara, Mendikbud menyampaikan pola diterapkan Kabupaten Pasuruan dengan siswa sekolah akan belajar agama di madrasah diniah. Menurut Ari, konteks pernyataan Mendikbud Muhadjir Effendy kepada wartawan soal pendidikan agama merujuk Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2017. Dalam Permendikbud itu mengamanatkan sekolah dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan menyelenggarakan pendidikan karakter sesuai dengan nilai karakter utama religiositas atau keagamaan. "Justru pendidikan keagamaan yang selama ini dirasa kurang dalam jam pelajaran pendidikan agama akan makin diperkuat melalui kegiatan ekstrakurikuler," katanya. Ia mengatakan bahwa pernyataan Mendikbud telah sesuai dengan Pasal 5 Ayat (6) dan Ayat (7) Permendikbud tentang Hari Sekolah yang mendorong penguatan karakter religius melalui kegiatan ekstrakurik Selatan. "Termasuk di dalamnya kegiatan di madrasah diniah, pesantren kilat, ceramah keagamaan, retreat, katekisasi, baca tulis Alquran dan kitab suci lainnya," katanya 4. Nilai Akademik Nomor Satu, Pelajar Ini Ungkap Beratnya Pendidikan di Korea Selatan Tak seperti Eropa, sebagian besar negara di Asia memiliki penekanan yang sangat tinggi terhadap nilai sekolah. Mereka akan melakukan apapun agar nilai rata-rata sekolah bisa berada di angka yang tinggi. Satu negara yang menerapkan sistem ini adalah Korea Selatan. Negara yang terkenal akan industri Kpopnya ini sangat berfokus pada keunggulan akademik di atas segalanya. Tak cuma itu tekanan dari orang tua yang menginginkan nilai yang tinggi pada anak mereka semakin memperberat sistem pendidikan di sana. Akibatnya stres dan siksaan mental yang berujung tindakan bunuh diri sering terjadi. Dilansir TribunTravel.com dari laman worldofbuzz.com, seorang siswa asal Korea Selatan ini akhirnya memutuskan untuk berbicara tentang stres dan penderitaan mental yang harus mereka hadapi. "Sebagian besar siswa SMA Korea akan mengalami hal yang sama setiap hari dan terasa seperti neraka," kaLayaknita yang enggan disebutkan namanya. Begitu semester dimulai, mereka hanya bisa mendapatkan tidur tiga jam setiap hari. 5. Cara Jokowi Jamin Anak Indonesia Dapat Pendidikan Layak Presiden Joko Widodo (Jokowi) membagikan 1.500 Kartu Indonesia Pintar (KIP) kepada para siswa di Tasikmalaya, Jawa Barat. Hal ini dilakukan agar anak Indonesia mendapat akses pendidikan layak. Acara ini merupakan kegiatan pertama Jokowi saat kunjungan kerja di Tasikmalaya. KIP dibagikan di SMP Negeri 2 Kota Tasikmalaya. "Saya senang sekali pada pagi hari ini saya bisa bertemu dengan anak-anak semua," kata Jokowi di lokasi, Jumat (9/6/2017). Sebanyak 1.500 KIP dibagikan kepada 575 siswa SD, 238 siswa SMP, 133 siswa SMA, dan 340 siswa SMK. Sedangkan, untuk kelompok belajar paket A sebanyak 40 siswa, paket B 61 siswa, dan paket C 113 siswa. Jokowi mengingatkan dana yang ada di KIP harus digunakan untuk keperluan sekolah, bukan untuk hal-hal yang tidak terkait dengan kebutuhan sekolah. "Ini bukan untuk jajan apalagi beli pulsa, bukan buat yang lain-lain," imbuh dia. Setiap tingkatan pendidikan mendapatkan dana yang berbeda. Siswa SD mendapatkan bantuan Rp450 ribu, siswa SMP menerima Rp750 ribu dan siswa SMA/SMK mendapatkan Rp1 juta .Dengan adanya KIP, diharapkan siswa terus melanjutkan pendidikan dan tidak putus sekolah. "Untuk menjamin dan memastikan seluruh anak usia sekolah dari keluarga kurang mampu memperoleh pendidikan yang layak," ujar Jokowi. Jokowi juga meminta para siswa untuk maju dan menjawab sejumlah pertanyaan. Mereka yang bisa menjawab mendapatkan sepeda Jokowi. "Saya ingin titip kepada anak-anak semuanya belajar yang baik," ucap dia. Turut mendampingi Presiden, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, dan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar. 6. Nasib pendidikan dan kelinci percobaan Sepertinya Indonesia patut meraih gelar negeri tergaduh. Belum usai A, muncul kegaduhan B. Begitu seterusnya. Dari kasus-kasus sosial, kejahatan finansial, politik, agama. Kini pendidikan. Gaung kerja, kerja, kerja sekadar untuk kegaduhan? Belakangan dunia pendidikan digaduhkan aturan baru yang dikeluarkan belum lama ini. Permendikbud 23 Tahun 2017 menyebutkan, hari sekolah dilaksanakan delapan jam dalam satu hari atau 40 jam selama lima hari dalam satu minggu. Pasal 5 ayat (1) Permendikbud 23 Tahun 2017 disebutkan hari sekolah digunakan bagi peserta didik untuk melaksanakan kegiatan intrakulikuler, kokurikuler dan ekstrakulikuler. Dalam ayat (6), kegiatan ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan di bawah bimbingan dan pengawasan sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian peserta didik secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Dalam ayat (7), kegiatan keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) meliputi aktivitas keagamaan meliputi madrasah diniyah, pesantren kilat, ceramah keagamaan, katekisasi, retreat, baca tulis Alquran, dan kitab suci lainnya. Begitu kutipan Permen ihwal sekolah lima hari sepekan, yang makin memantik kontroversi public. Pertanyaan mengemuka: kenapa kegiatan keagamaan masuk ekstrakurikuler? Bukan intrakurikuler sebagai pemenuhan kurikulum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Atau kokurikuler sebagai indikator pada mata pelajaran sesuai kurikulum. Apakah kegiatan keagamaan tidak lagi wajib? Bukankah ekstrakurikuker adalah pilihan yang tidak diwajibkan? Mudah-mudahan makna dan implementasi Permen terkait tidak begitu. Selama ini, agama dimasukan dalam kurikulum saja masih belum menghasilkan output yang diharapkan. Apalagi kalau sekadar dimasukan dalam ekstrakurikuker. Dengan jam belajar yang bertambah, anak-anak pun makin lelah. Tak heran, aturan ini menguatkan penolakan dari banyak kalangan. Mulai MUI, DPR, parpol, guru, sampai masyarakat. Terlebih masyarakat sebagai orangtua yang merasakan langsung dampak kebijakan ini. Seorang ibu rumah tangga menyebut, pemerintah menambah jam belajar anak-anak sama saja mengambil pahala orangtua yang di rumah. "Pahala mendampingi, mengajarkan di rumah, mengantarkannya ke madrasah." Penolakan tak hanya di Jakarta. Tapi nyaris di semua daerah. Tak terkecuali di Balikpapan, Kalimantan Timur. Dalam komunikasi elektronik, Ketua Komisi IV DPRD Balikpapan, Mieke Henny, bahkan menyebut jika benar-benar diterapkan bisa menimbulkan kekacauan. "Sarana dan prasana belum siap. Bukan membuat perbaikan dunia pendidikan tapi justru jadi kekacauan. Kasihan siswa dan tenaga pendidiknya." Legislator di sana pun segera membincangkan hal ini dengan dinas terkait untuk menolak aturan itu. Selama ini Mendikbud berdalih tidak menutup madrasah, tapi akan melakukan sinergi. Pun katakanlah bisa disinergikan dengan madrasah, bukankah malah njlimet? Kalau pun dilakukan dengan pola pemetaan beberapa daerah, tidakkah lebih elegan memfokuskan peningkatan pemerataan dulu? Baik sarana maupun kualitas pendidik. Sila tengok kondisi sekolah-sekolah di pelosok, pedesaan dan atau pedalaman Kalimantan. Utamanya wilayah perbatasan. Sangat miris. Memaksakan jam waktu belajar di sekolah bukanlah solusi. Finlandia sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, hanya memberlakukan 4-5 jam per hari. Tanpa PR, tanpa ujian nasional. Tapi dengan kualitas sekolah dan pendidik yang amat memukau. Dengan memaksaka. aturan sekolah lima jam sehari, di tengah sengkarut kondisi sekolah dan kesejahteraan serta kualitas guru akan memicu masalah-masalah baru. Sudah sekolah makin lama waktunya, mudah memancing kejumudan siswa dan berpotensi menganggu psikologis anak. Dengan kurikulum sekarang saja, para siswa sudah jenuh. Simak hasil pendidikan selama ini: Hasil penelitian Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (2017), mengungkap kualitas pendidikan di Indonesia masih di bawah Ehtiopia dan Filipina. Indikator indeks itu dinilai dari: kualitas guru yang rendah, sekolah belum ramah anak dan pendidikan yang belum berpihak pada kaum marginal. Sedang Indeks Pendidikan Indonesia, menurut data UNESCO (2016), menunjukan Indonesia berada di posisi 108 dunia dengan skor 0,603. Peringkat itu menunjukkan kualitas pendidikan Indonesia masih di bawah Palestina, Samoa dan Mongolia. Analisis Laporan Pembangunan Manusia 2016, Badan PBB Urusan Pembangunan atau UNDP, memperlihatkan: Indeks Pembangunan Manusia Indonesia mengalami penurunan 18,2 persen dibanding tahun sebelumnya. Indikator itu dari kesenjangan pendidikan dan harapan hidup saat lahir di Indonesia. (Dadang Solihin, Republika, 2/5/2017). Asisten Direktur Jenderal untuk Pendidikan dari The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, Qian Tang, mengungkap pemerintah Indonesia masih terfokus pada angka kelulusan siswa dalam mengemban pendidikan dasar. Sedangkan mutu pendidikan belum menjadi prioritas. (CNN Indonesia, 02/6/2016). Proses kelulusan pun malah menjadikan anak didik phobia. Proses kelulusan dan UN bagai momok menakutkan. Kelulusan kerap ditempuh dengan jalan menjauhi nilai kejujuran. Belum lagi sengkatut PSB Online. Lebih jauh lagi, tengok out put hasil pendidikan ke belakang: narkoba, seks bebas, aborsi, tawuran, genk motor. Tercecer data di media menyoal lonjakan kasus terkait yang dialami generasi bangsa ini. Kini sekolah mau dibuat 8 jam sehari? Ini pelajar atau buruh? Bagaimana psikologis dan waktu bermain untuk anak didik. Sampai kapan sistem pendidikan kita begini? Kapan pendidikan bisa dikembalikan dengan sistem berbasis fitrah manusia? Entah sekeras apa tangis alm Ki Hajar Dewantara. Sistem yang diletakan olehnya dengan mengacu sistem pendidikan ala Rasulullah, malah diadopsi Finlandia. Kini Finlandia menjadi negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Entah siapa yang bisa menyelamatkan sistem pendidikan dan nasib generasi? Ganti menteri, ganti kebijakan. Kurikulum satu belum selesai, diganti lagi. Generasi bangsa ini seperti hanya jadi kelinci percobaan. Bandingkan dengan dulu, adik kelas beda usia jauh pun masih bisa menggunakan buku yang sama. Kini, sebentar-sebentar gonta ganti. Timbul muncul aturan-aturan kontroversial. Kenapa tak ada blue print pendidikan jangka panjang seperti perencanaan di GBHN. Nilai-nilai luhur pun makin tenggelam. Dasar-dasar penguatan nasionalisme melalui P4, PMP, PSPB, dan semisalnya ikut pula dikubur. GBHN dilemahkan, kini sistem pendidikan dibuat percobaan, seolah pendidikan semakin dipermainkan. Sengkarut UUD 1945 yang diamandemen benar-benar sukses meluluh lantakan bangsa ini. Sampai kapan, tuan puan? Omong-omong bagaimana nasib APBN, rekening 502, kejahatan finansial dan pemeriksaan Interpol? Begitu menarik pengalihan atas pelbagai kejahatan finansial sejak era Reformasi. Kegaduhan apa lagi yang akan dimunculkan berikutnya? Mudah-mudahan Allah segera membuka segala tabir-tabir gelap di negeri ini. 7. Kemendikbud: Sekolah Lima Hari Maksimalkan Anak Untuk Pendidikan Berkualitas JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhammad menjelaskan bahwa kebijakan sekolah lima hari dalam sepekan akan memaksimalkan tenaga anak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Menurutnya, dengan begitu anak-anak akan terhindar dari kegiatan yang tidak berkualitas seperti nongkrong di jalanan dan lain sebagainya. "Sekolah delapan jam dalam sehari untuk mencegah anak tidak terawasi setelah kembali ke keluarganya masing-masing. Kita masih melihat hal itu di halte-halte bus di Jakarta yang penuh dengan anak sekolah melakukan kegiatan tidak bermanfaat setelah jam sekolah." "Kita ingin energi anak dioptimalkan untuk pendidikan yang berkualitas. Hal serupa juga akan terjadi di daerah-daerah bila pengawasan terhadap anak tidak optimal setelah jam sekolah usai," terangnya saat ditemui di Kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (15/6/2017). Hamid menjelaskan bahwa delapan jam kegiatan belajar mengajar itu juga tidak sepenuhnya berisi pemberian materi mengenai mata pelajaran umum. "Nanti siswa sekolah dasar pulang maksimal pukul 13.00 WIB untuk makan dan istirahat, pukul 15.00 kembali ke sekolah. Dua jam sisa bisa diisi materi intrakurikuler maupun ekstrakurikuler," katanya. Untuk mengawasi keberadaan siswa di sekolah pihak Kemendikbud juga mengandalkan dinas pendidikan setempat untuk melakukannya. 8. Tujuh Hari Pendidikan Istimewa Kabupaten Purwakarta' Menteri Pendidikan Republik Indonesia memberlakukan Full Day School menimbulkan perbincangan ramai kalangan Netizen, Pujian dan hujatan pun menghiasi Beranda media sosial saya. Saya ingin berceritan tentang Full Day School di Kabupaten Purwakarta yang menerapkan pendidikan selama lima hari dalam seminggu, dua hari libur. Kebijakan seperti ini bukanlah barang Baru di purwakarta, kebijakan ini tertuang dalam Perturan Bupati. Sejak menjabat menjadi Bupati Purwakarta pada tahun 2008, Kang Dedi Mulyadi langsung mengusung Pendidikan Berkarakter. Pada tahun 2012 sebagai kepanjangan pendidikan berkarkter, dia menerapkan Full Day School. Materi pendidikannya pun setiap hari berbeda-beda. Yang di usung selama tujuh hari pendidikaan. Hari senin 'Ajeg Nusantara' materinya tentang Nasionalisme, kebangsaan dan cinta tanah air. Selasa, 'Mapag Buana' tentang peradaban dan sejarah Dunia, Rabu 'Maneuh di Sunda' pelajarannya tentang kearifan dan budaya sunda, Kamis 'Nyanding Wawangi' materinya pembentukan mental, kreativitas dan produktifitas. Sedangkan Jum'at 'Nyucikeun Diri' untuk hari tersebut, siswa di fokuskan untuk belajar mendalami kehidupan Religius keagamaan. Sementara Sabtu-Minggu 'Betah Di Imah' sekolahnya memang diliburkan, tetapi mereka di wajibkan untuk membantu orang tuanya. Selain agar hubungan emosional tetap terjaga dengan orang tua, siswa juga agar paham bagaimana susahnya mencari materi. Untuk pembentukan anak-anak yang Religius dan memahami agama lebih komprehensif, siswa di wajibkan belajar kitab suci sesuai dengan agamanya masing-masing.× Menteri Pendidikan Republik Indonesia memberlakukan Full Day School menimbulkan perbincangan ramai kalangan Netizen, Pujian dan hujatan pun menghiasi Beranda media sosial saya. Saya ingin berceritan tentang Full Day School di Kabupaten Purwakarta yang menerapkan pendidikan selama lima hari dalam seminggu, dua hari libur. Kebijakan seperti ini bukanlah barang Baru di purwakarta, kebijakan ini tertuang dalam Perturan Bupati. Sejak menjabat menjadi Bupati Purwakarta pada tahun 2008, Kang Dedi Mulyadi langsung mengusung Pendidikan Berkarakter. Pada tahun 2012 sebagai kepanjangan pendidikan berkarkter, dia menerapkan Full Day School. Materi pendidikannya pun setiap hari berbeda-beda. Yang di usung selama tujuh hari pendidikaan. Hari senin 'Ajeg Nusantara' materinya tentang Nasionalisme, kebangsaan dan cinta tanah air. Selasa, 'Mapag Buana' tentang peradaban dan sejarah Dunia, Rabu 'Maneuh di Sunda' pelajarannya tentang kearifan dan budaya sunda, Kamis 'Nyanding Wawangi' materinya pembentukan mental, kreativitas dan produktifitas. Sedangkan Jum'at 'Nyucikeun Diri' untuk hari tersebut, siswa di fokuskan untuk belajar mendalami kehidupan Religius keagamaan. Sementara Sabtu-Minggu 'Betah Di Imah' sekolahnya memang diliburkan, tetapi mereka di wajibkan untuk membantu orang tuanya. Selain agar hubungan emosional tetap terjaga dengan orang tua, siswa juga agar paham bagaimana susahnya mencari materi. Untuk pembentukan anak-anak yang Religius dan memahami agama lebih komprehensif, siswa di wajibkan belajar kitab suci sesuai dengan agamanya masing-masing. Untuk pendukung kebijakan tersebut, setiap Sekolah memiliki ruang ibadah khusus bagi setiap pemeluk agama. Siswa bisa belajar di sekolah, bisa juga beribadah sesuai dengan agamanya. Jadi, pendidikan Full Day School di Purwakarta tidak hanya berfokus pada Intelektualitas semata, tetapi juga pembentukan mental dan Akhlak. Kalau Kemendikbud menerapkan delapan jam perhari di sekolah, Kabupaten Purwakarta menerapkan lima jam di sekolah. Masuk pukul 06:00 dan pulang Pukul 11:00. Saya berani Katakan, kalau Full Day School bukanlah kebijakan baru, jauh sebelum diberlakukan Purwakarta sudah menerapkannya lebih dulu. Jadi, Purwakarta merupakan Pelopor untuk kebijakan tersebut. 9. Ki Hajar Dewantara, Pesantren, Budi Pekerti, hingga Ngaji Online "Kesalahan bangsa ini adalah memfosilkan bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara, dan itu sudah terlalu lama. Padahal, pendidikan itu penting untuk menanamkan budi pekerti bagi anak-anak." Demikian dikatakan sesepuh penyair Umbu Landu Paranggi seperti dikutip Kompas hari ini (16 Juni 2017). Saya kira penting pernyataan di atas dikopi dihantarkan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, agar menjadi bahan refleksi denyut nadi pendidikan kita. Refleksi pendidikan tidak harus berupa seminar atau kegiatan yang menghabiskan dana ratusan atau milyaran rupiah. NU dan pesantren juga sedih sekali Ki Hajar difosilkan begitu. Yang mengenalkan saya dengan Ki Hajar adalah orang pesantren, aktivis NU, dan sekarang sudah jadi kiai. KH Abdul Mun'im DZ namanya. Buku tebal karya Ki Hajar kugandakan banyak dan kuposting di FB. Orang pesantren memang banyak cocok dengan Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar juga cocok dengan model pendidikan pesantren, terutama nilai ketauldanan dan sistem asramanya. Nah, hebatnya pesantren, pendidikan akhlak atau budi pekerti sudah menyatu dalam sistem kebudayaan, kultur. Sistem kurikulum, nilai-nilai, praktik dalam proses pendidikan, alumni, hingga menjadi komunitas di masyarakat, yang kita sebut sebagai masyakarat pesantren/santri, telah mapan. Jika seorang Umbu Landu Paranggi resah dengan pendidikan budi pekerti, masyarakat pesantren adalah kekecualian dari keresahan penyair hebat ini. Tentu saja, saya tidak bermaksud mengglorifikasi pesantren, karena bagaimanapun, pesantren juga punya kelemahan. Budi pekerti, akhlak, etika, telah mapan dan tersistem dalam proses pendidikan di pesantren. Tahukah Anda bahwa proses pendidikan di pesantren itu menerapkan sistem minal mahdi ilal lahdi (dari sejak dini hingga liang lahat)? Secara singkat saya sampaikan di sini bahwa pendidikan model santri/pesantren tidak hanya berhenti saat lulus atau wisuda saja. Proses pendidikan, di dalamnya ada pengajaran, masih berlangsung hingga murid, santri, sudah boyong pulang kampung. Saat kelulusan, biasa disebut Khataman, seorang pengasuh atau kiai pesantren akan menyampaikan pesan-pesan penting untuk santri. Antara lain satu pesan ini: "Seorang santri, alumni, akan bermanfaat ilmunya, berhasil dan sukses kehidupannya, jika saat menjadi bagian masyarakat, masih menjadi murid dan menjadi guru sekaligus." Menjadi murid artinya kita diharapkan terus belajar, terus mencari ilmu sampai mati. Menjadi guru adalah semangat menyampaikan dan menyebarkan ilmu, dalam kelas, ceramah, khotbah dan dalam praktik keseharian: menjadi tauladan. Para alumni beragam dalam menafsirkan pesan kiai di atas. Di antara yang paling populer adalah, semangat mendirikan institusi pendidikan, antara lain populer dengan sebutan madrasah diniyah atau sekolah keagamaan, yang bersifat informal. Dulu, madrasah diniyah disebut dengan sekolah Arab. Madrasah diniyah ini, dari mulai yang muridnya hanya belasan yang tempat ngajinya hanya di serambi mushala atau rumah, hingga yang muridnya mencapai seribu yang tempatnya hingga di gedung bertingkat. Jam pelajaran madrsah diniyah ini pukul dua hingga jelang Magrib atau pukul empat hingga malam. Hampir semua kampung di Indonesia ini memiliki madrasah diniyah dengan model yang berbeda-beda. Selain madrasah diniyah, yang lazim juga, adalah komunitas alumni pesantren tertentu. Misalnya pesantren Tebuireng Jombang atau Krapyak Jogja, Lasem Rembang, Cipasung Tasikmalaya. Para alumni membuat komunitas di daerahnya masing-masing, yang salah satu kegiatannya adalah mengaji kitab favorit atau kitab lanjutan yang lebih tinggi, biasanya di bidang tasawuf atau tafsir. Di majlis itulah para alumni yang sudah jadi ustadz atau kiai berkumpul mendegarkan alumni yang senior atau dianggap ahli membaca dan mendiskusikan satu kitab yang telah disepakati. Mereka berkumpul tentu sambil silaturahim dan ngopi, yang merupakan tradisi pesantren juga. Itu sekedar contoh kecil praktik pendidikan ala pesantren yang berkesinambungan, minal mahdi il lahdi. Hari ini, praktik ngaji kitab ala pesantren berkembang memanfaatkan teknologi. NUTIZEN, media Islam di lingkungan NU, mengkampanyekan pengajian secara daring (online), baik facebook, youtube hingga aplikasi yang dimiliki NUTIZEN sendiri. Dari mulai Kiai Mustofa Bisri dari Rembang, Kiai Said Aqil dari Jakarta, Gus Rozin dari Pati, Mas Ulil Abshar Abdallah dari Bekasi, Gus Yusuf dari Magelang, hingga ustadz muda yamg baru berumur 25 tahun, ngaji secara daring. Ratusaan orang dari berbagai daerah hingga luar negeri, menyimak melalui ponsel atau komputer. Ada ratusan pengajian daring saat bulan Ramadan ini. Dan inilah --ini misi pesantren yang sangat penting-- dakwah pesantren dalam rangka menciptakan masyarakat Islam. Masyarakat Islam ala pesantren terbentuk secara kultural, yang sudah berlangsung puluhan tahun bahkan sudah berabad-abad. Orang sembayang lima waktu, perempuan berjilbab, zakat, tidak minum alkohal, dilakukan atas dasar kesadaran, bukan lewat Perda Syariah atau Khilafah Islamiyah. Inilah jalan panjang dakwah pesantren dengan satu kata kuncinya, budaya atau kultural, yang sesuai dengan perjuangan Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan kita. Kata kunci tersebut berkontribusi besar dalam proses keberislaman dan keindonesiaan. 10. Bukan Pilihan Ganda, soal UN 2018 berbentuk Esai Kemdikbud mengatakan soal Ujian Nasional 2018 tidak menggunakan lagi pilihan ganda melainkan esai. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur level kognisi siswa. Kami berusaha, mulai tahun depan soal UN tidak lagi pilihan ganda. Sehingga dapat mengukur level kognisi siswa lebih mendalam, ujar Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kemdikbud, Nizam, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/6/2017). Melalui soal UN yang esai, lanjut dia seperti dikabarkan Antara, juga dapat mengukur ketuntasan belajar siswa. Meskipun saat ini, baik guru maupun siswa belum sepenuhnya menyadari bahwa UN dapat mengukur ketuntasan belajar siswa. Dalam konferensi pers itu juga dijelaskan jumlah satuan pendidikan yang mengikuti UNBK untuk jenjang SMP yakni sebanyak 8.879 SMP, 1.970 MTs, 198 SMP terbuka, serta 693 PKBM. UNBK SMP diikuti oleh 1.349.744 siswa. Meskipun demikian, dari segi persentase sekolah dan siswa UNBK jenjang SMP masih lebih rendah dari jenjang di atasnya, yakni 32 persen, karena jumlah siswa SMP/MTs jauh lebih banyak. Peserta ujian nasional jenjang SMP yang dilayani dengan kertas dan pensil (UNKP) sebanyak 2.855.633 siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jenis-Jenis Tanah - IPA (Kelas 5)

1. Tanah humus adalah tanah yang berasal dari mikroorganisme yang telah mati dan membusuk di tanah. Tanah humus sangat subur dan banyak meng...